Tulisan Nesa

Tulisan ini adalah tulisan Nesa

Bukan seperti biasanya,yang aku berangan menjadi Nesa dan kemudian berangan lagi



Ini angan Nesa



lagi naik montor ngeliling jalanan amsterdam


mampir ke toko roti, pesan secangkir teh aroma jasmin dan 2 potong cup cake, memilih kursi dekat pagar besi pemisah jalanan dengan tempat  duduk seharga 10$, ah tapi sepertinya tidak benar-benar terpisah, keduanya disatukan aroma manis gula aren bercampur fermentasi dan tepung gandum. Aku bisa menikmati baik duduk di kedai itu ataupun ketika sedang menapaki jalanan itu.

menunggu seseorang yang sedang mengayuh sepedahnya, seseorang dg aroma kopi di aliran darahnya, terkadang juga tercium aroma asap sigaret di kemeja bajunya. Lelaki dengan kerut di keningnya, dan keberaniaan dalam kegilaanya. Dia sdg mengayuh sepedah, katanya sih tadi sudah berangkat sejak pukul 4. sore dari jerman. Memang agak macet kalau sore di sekitaran eropa, orang-orang sibuk pulang dalam pelukan keluarganya, berkumpul dalam tawa dan perbincangan antar teman, bermesraan dalam pelukan kekasih, atau sekedar duduk menghabiskan sisa hari dari kepenatan, eh banyak juga yg menjelmakan sore sebagai pagi dalam perjuangan mencari rejeki mengumpulkan cuan. Yah begitulah eropa, sore sll indah untuk dinikmati. Kufikir dia sudah mulai dekat, mengingat matahari sudah benar2 tenggalam, ku katakan padanya untuk naik taksi karena mungkin paha dan betisnya sudah mengeluh seharian digunakannya untuk bekerja, tapi akhirnya hanya berakhir dengn perdebatan kecil. Debatnya, sayang uangnya buat naik taksi swndirian, mending nanti buat naik bianglala, kan bisa dipakek berdua plus bisa buat jajan kopi panas. Memang kecerdikannya membuat dia pandai berhitung, membuatnya terlihat seperti orang kapitalis walaupun jiwanya lebih seperti sosialis. Tapi nyatanya dia lebih suka disebut demokratis.



Langit sudah mulai gelap, semburat jingga melintasi awan bercampur abu-abu dan sedikit sisa biru dari langit sore. Teh yang kupesan sudah muali kering, tinggal sendok yang beradu dengan sisa daun teh di dalam cangkir.


Komentar