Love is a quantum engtanglement

Gus Candra Malik pernah menulis bahwa "Setengah dari Cinta adalah percaya, selebihnya curiga. Setengah dari Rindu adalah ragu, selebihnya cemburu"

Baru saja tadi siang tadi aku berdiskusi dengan seorang sahabat lama sejak SMP, bahwa untuk menguji rasa sayang seorang laki-laki maka kau perlu meninggalkannya. Jika dia rela kau tinggalkan, maka dia Ikhlas mencintaimu.


Namun adalah hal yang sangat lucu ketika untuk menguji cinta seseorang kau perlu untuk meninggalkannya. Setelah kau meninggalkannya apakah dia akan bersedia menerimamu kembali?


Sialnya cinta merupakan sebuah klise dan juga paradoks.
Ia akan menyembuhkan dan melukai dalam waktu yang sama.

Ia akan menghidupkanmu dan membunuhmu dalam waktu yang sama.

Bahkan Ia juga akan mendatangi dan meninggalkanmu dalam waktu yang sama.

Teringat sebuah phrase yang saya temui dalam tulisan Richard Feynmann "Love is a quantum engtanglement" sehingga memang cinta merupakan sebuah hal yang bisa melakukan dua hal berlawanan dalam satu waktu.


Seperti yang dikatakan oleh Gus Can bahwa kita cinta adalah ragu dan curiga. Begitupun rindu, adalah ragu dan cemburu.



Lalu saya mencoba menempatkan opini kawan lama saya yang menyatakan keikhlasan cinta berada saat dia ditinggalkan.

Apakah membiarkan ditinggalkan merupakan sebuah bukti keikhlasan cinta?
Apakah mengupayakan dirinya untuk tidak ditinggalkan merupakan sebuah keegoisan?

Bukankah egois adalah pada saat mengartikan bahwa kita membutuhkan pasangan maupun orang lain?
Bukankah egois adalah mengatakan aku cinta padamu padahal aku cinta pada diriku sendiri yang butuh akan cintamu?


Kecemburuan dan Keikhlasan dalam cinta adalah bukti bahwa pernyataan Feynmann benar.
Love is a quantum engtanglement

Komentar