Cerita Semalam

Sudah lama.


Sudah lama seseorang tak lagi hadir ditengah mimpi.

Tanpa kata,
Tanpa tolehan.

Hanya aku yang tak sengaja melihatmu dari samping.
Dan tiba-tiba tersadar dari tidur.

Hanya dalam hitungan detik.
Wajah itu kembali teringat.

Mungkin sebagai salam perpisahan.

"AKU TAK AKAN MENAHANMU"

Termasuk menahanmu dengan sebuah pertemuan.

Kita punya jalan masing-masing.
Kita punya arah hidup masing-masing.

Meski kita tak tahu apakah kita berada pada jalan dan arah yang sama atau berbeda.


"Sudah mau berangkat ya Nes?"

"Ha? Berangkat kemana Yo?"

"Berangkat meninggalkanku Nes?

"Eh?"

"Kau akan berangkat ke Yogyakarta awal bulan depan kan?"

"Iya, berangkat ke Yogyakarta, Bukan meninggalkanmu"

"Aku disini Nes!"

"Kamu gak pengen nyusul aku?"

"Ha?"

"Iya, ke Yogyakarta. Disana menarik Yo."

"Ada Kopi hitam?"

"Eh?"

"Yang Pahit"

"Banyak."

"Yang kamu buatin?"

"Aku buat dua Yo. Untukmu dan Suamiku"

"Ih"

"Bagaimana lagi Yo, Kau lamban"

"Ha?"

"Seperti yang kau sudah persiapkan!"

"Tentang?"

"Tentang kita yang sama dalam cinta, tapi tidak dalam ikatan"

"Aku persiapkan?"

"Bukannya kamu selama ini tak mengejarku karena  sibuk persiapkan dirimu untuk ku tinggal?"

"Kok bisa?"

"Jadi kamu belum siap? apa harus ku batalkan pernikahanku?"

"Jangan Gila Nes."

"Lalu?"

"Biarkan Nes, jalani yang sudah ada. Kita masih berkirim surat?"

"Enggak Yo. Datanglah, Pamit pada Romi. Jangan temui aku tanpa beritahu Romi"

"Segitu taatnya ya jadi istri?"

"Enggak Yo, Aku takut jika masih cinta kamu"

"Aku tak pernah takut mencintaimu Nes."

"Begitu juga aku,,, sebelumnya."

"Kapan berangkat Nes?"

"Setelah kamu mengakhiri percakapan ini Yo!"

"Baiklah Nes, pergilah. Jangan bertindak Gila."

"Aku yakin jika kamu berada di posisiku kamu akan bertindak gila Yo"

"Cukup aku saja yang gila, kamu gak usah Nes."

"Terima kasih Cahyo. Aku pergi dulu."


***

"Yo! Bangun! Solat subuh dulu gih. Udah jam 5 ini." Tiba-tiba suara ibu membangunkanku dari mimpi tentangmu yang meninggalkanku ke Yogyakarta Nes

"Syukurlah cuma mimpi." Begitu gumamku dalam hati.

Saking parnonya karena kau akan pergi melanjutkan kuliah di Yogyakarta membuatku bermimpi seperti itu.



Segera ku tunaikan sholat subuh dan berusaha menghubumimu Nes, aku ingin bercerita tentang mimpiku ini.

Sialnya, kau tak mengangkat telepon masuk dariku.

"Lagi sibuk Nes? Aku mau cerita sesuatu." Kuputuskan untuk mengirim pesan singkat melalui Whats'App kepadamu.

2 jam kutunggu dan tak kutemui balasanmu.

Hingga di sore hari kamu baru balas pesanku yang berisi

"Kalo mau cerita kenapa harus telepon? Jember Kediri gak jauh kok Mas. Hehehe"

"Hehehe, Iya Nes. Maaf, udah lama ya kita gak ketemu? Minggu depan lah ya aku berangkat ke Jember."

"Iya mas. Kemarin juga ditanyain sama Ibuk dan Bapak. Katanya mau merayakan Lolosnya beasiswaku di Yogyakarta."

"Mau ada syukuran Nes?"

"Iya mas, Syukuran kecil-kecilan. Serumah aja, kata Bapak juga diminta ngajak Mas Cahyo juga."

"Siap Nes. Insyaallah week-end besok aku ke Jember. Ada kopi hitam kan? Hehehe"

"Aku tunggu mas. Eh, Kopi hitam ada kok. Kemarin paman ada yang datang dari Bali. Bawain kopi bubuk hitam Kintamani."

"Wah, cocok Nes, aku belum pernah nyobain kopi Kintamani. Yang Arabica atau Robusta?"

"Mas Cahyo ke rumah dulu, nanti tak bikinin, biar Mas Cahyo sendiri yang rasain Robusta apa Arabica."

"Siap Nes. Salam ya untuk bapak dan ibumu. Udah dulu ya, Assalamualaikum. "

"Enggeh mas! Waalaikum Salam."

Komentar