Noki Pinokio!

Libur kuliah tanpa semester pendek sukses membuat kampus terasa menyeramkan.
Sepi.
Seperti pemakaman.
Hanya beberapa orang pengirim doa yang berada di sini.
Sialnya, aku menjadi salah satu dari pengirim doa tersebut.
Aku harus menyelesaikan pengambilan data penelitianku untuk mengikuti conference bulan depan. 
Tak banyak waktu memang, oleh karenanya ku kebut penelitianku ini agar segera rampung.
Beruntungnya hari ini adalah hari terakhir pengambilan dataku dan beberapa pembahasan sudah ada yang ku tulis agar sesuai dengan target waktuku.


***
Setelah pengambilan data selesai, ku rapikan alat dan bahan yang ku gunakan dalam penelitian. 
tak terasa malam sudah memajang rasi bintang sebagai lukisan indah di latar belakangi langit yang gelap .
Cukup mengagumkan aku masih terjerat di tempat ini.
Menjadi pengirim doa di pemakaman sampai malam datang. 
Ku percepat langkah kakiku menuju tempatku parkir motorku.
Begitu serius aku mengambil data sampai tak menyadari bahwa hujan mengguyur kampusku.
Jalanan menjadi hitam basah.
Masih ada beberapa motor ternyata di parkiran.
Mungkin mereka adalah pendoa yang khusuk, atau mempunyai kenangan yang dalam pada jiwa mati di pemakaman kampus ini.
Kuraih motorku dan ku naiki.
Namun, aku kaget ketika tak ku temukan kunci motor di saku jaketku.
Juga tak kutemukan di tasku.

“Ah, sial. Pasti tertinggal di Laboratorium!” pikirku

Kembali ku beranjak menuju Laboratorium namun tak juga ku temukan kunci motorku. 
Aku mulai menyadari kunci motorku hilang.
Hilang bersama Noki.
Dan aku benar-benar Noki bisa hidup dan mengembalikan kunci motorku.
Kemudian aku mulai tersadar dari lamunanku dan mulai menangis.


Aku menyerah mencari kunci motorku dan mulai memikirkan rencana bagaimana aku harus pulang.
Mungkin akan ku titipkan kepada satpam kampus dan meminta Bapakku untuk menjemputku.
Tapi motor siapa yang digunakan untuk menjemput?
Harus pinjam tetangga?
Ah, pasti merepotkan lagi.
Kecerobohanku selalu merepotkan orang-orang di sekitarku.
Aku tenggelam dalam tangisanku lagi. 
Berdoa kepada Tuhan agar dikirim malaikat penolong yang setidaknya sedikit menghiburku dari tangis kesedihanku.

Aku kembali ke parkiran untuk mendorong motorku ke pos satpam. 
Syukurlah tidak terkunci setirnya. 

Di saat ku dorong motorku seseorang menyalipku dan berhenti beberapa meter di depanku.
Di remang-remang cahaya malam ku kenali sosok tersebut.
Dia adalah Cahyo.

“Ada apa dengan motormu Nes?” tanya Cahyo
“Kunci motorku hilang Yo.” ku jawab pertanyaan dari Cahyo dengan menyembunyikan wajahku yang mungkin sembab karena tangisanku.
“Ayo ku dorong dari belakang sampai ke tukang kunci ya.”
“Gak usah Yo! Aku gak pernah didorong pas naik motor nanti malah jatuh.” jawabku ragu 
“Bisa Nes. Coba aja dulu.”


Entah mengapa kalimat “Coba aja dulu” yang diucapkan Cahyo seperti menyihirku dan memaksaku untuk menuruti permintaannya.
Dia seperti memberikanku keyakinan yang begitu hebat.

“Kamu ngapain di kampus liburan gini?”
“Aku dari sekret Nes. Rapat persiapan rekrutmen anggota baru.”
“Sibuk banget ya hidupmu?”
“Ya gimana lagi Nes. Daripada nganggur malah mati entar pikiranku.”


Ku coba mengendarai motorku dengan didorong oleh Cahyo.
Namun aku tidak bisa mengontrol kemudiku.
“Sulit Yo! aku gak bisa.” Ku beritahu Cahyo sembari tetap mengontrol kemudiku sebisa mungkin.
“Tenang Nes, Kamu hanya perlu menyamakan iramaku dan iramamu.”

Lagi-lagi ku temui jawaban yang begitu meyakinkan. Entah irama apa yang dimaksud. Yang ku pahami malah irama dalam hatiku dan hatinya.
Akhirnya motorku keluar dari jalanan dan aku hampir jatuh.

“Gak bisa Yo! aku gak bisa mengendalikan kemudiku.”
“Coba lagi Nes. Fokus pada kemudimu saja. Anggap saja motormu berjalan seperti biasanya.”
Aku turuti permintaan Cahyo dan mencoba menaiki motorku dengan Bahan bakar tenaganya.
Di percobaan kedua ini, aku lebih mudah mengendalikan motorku. dan sepertinya aku mahir dengan cepat. 
Sepertinya malam ini memang tidak bersahabat denganku. 
Sesampainya di lapak tukang kunci tersebut sedang tutup. 

“Sial! Malam yang sempurna bagi pendoa yang sudah keluar dari pemakaman.” Gerutuku dalam hati


“Gimana Nes? Mau tak dorong sampai ke rumahmu?”:
“Rumahku masih jauh Yo! nanti tenagamu habis buat dorong. Biar aku titipkan di Rumah warga sekitar sini saja. Nanti aku minta dijemput Bapakku.” 
“Jangan bilang kalo tenagaku habis hanya buat dorong motormu dari Patrang sampai Antirogo. Sampai kediri pun aku sanggup Nes.”

Jawaban Cahyo selalu meyakinkanku. I never doubt in you Yo. 
Aku berusaha menolak penawarannya. Aku kasihan dia pasti lelah jika harus mendorong sejauh itu.
Namun, semakin keras aku menolak maka semakin Cahyo memaksaku menerima tawarannya. 
Dan pada akhirnya aku benar-benar tak bisa menolaknya.
Akhirnya Cahyo mendorong motorku, aku berusaha semaksimal mungkin mengendalikan kemudiku agar tidak menyulitkan Cahyo

Cahyo mengantarkanku sampai ke Rumah.
Bapak dan ibuku sudah menungguku di depan rumah dengan wajah gelisah.

“Assalamualaikum” Ku ucap salam dan kusalami tangan kedua orang tuaku 
“Waalaikum salam Wr. Wb. Akhirnya pulang juga Nduk! Darimana saja kok sampek malam?” tanya ibuku
“Nganu buk. Kunci motor Nesa hilang. terus ketemu Cahyo temenku ini terus di dorong sampai sini tadi.”
“Kamu yang kemarin nonton wayang bareng itu kan ya?” Tanya bapak kepada Cahyo
“Enggeh pak. Tadi pas dari kampus kok liat Nesa kuncinya ilang. Jadi saya stut aja motornya sampek sini.” Jawab Cahyo
“Iya pak. Tadi kalo gak ada Cahyo gak tau Nesa pulangnya gimana.” jawabku meyakinkan jawaban Cahyo
“Syukurlah masih ada kamu Le. Ayo masuk rumah dulu. minum dulu. Kamu pasti capek sudah dorong dari kampus sampek Antirogo sini.” Tawar ibuk kepada Cahyo
“Enggak usah buk. Saya masih ada urusan di Kampus. Saya langsung pamit saja.” Tolak Cahyo
“Urusan kampus kok malem gini tho Le. Mbok ya mampir dulu.” paksa ibuk kepada Cahyo yang ingin buru-buru meninggalkan rumah.
“Terima kasih banyak buk. Tapi beneran saya masih ada rapat organisasi di Kampus. Kapan-kapan lagi saja saya mampirnya.”
“Beneran lho ya kamu mampir kesini lagi.” Ibu mencoba menagih basa-basi Cahyo
“Enggeh buk. Insyaallah kalo ada kesempatan saya akan mampir.”
“Ya sudah le kalo kamu memang ada urusan. Bentar ya tak ambilkan aqua dulu. Masak minum aqua aja kamu gak mau?” Tanya ibu sembari masuk mengambilkan aqua.

Selepas mengambil aqua dari rumah dan memberikannya kepada Cahyo, Ia pamit kembali ke kampus.
Kuucapkan terima kasih kepada Cahyo telah menjadi malaikat penolongku di malam hari ini.

Malam ini rasanya malam yang sangat tidak bersahabat denganku.
Namun, malam ini menjadi malam terciptanya persahabatan antara ibuk, bapak dan Cahyo. 

Komentar