Melangitlah untuk Membumi

Selamat siang.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Melangitlah untuk Membumi.

Rekan-rekan, adek adek dan teman teman sekalian.
Saya ingin berbagi cerita dan pandangan tentang kehidupan yang saya amati di senior-senior HMI Komisariat MIPA.

Ada yang pernah lihat spiderman homecoming yang pemerannya Peter Parker san Liz?
Atau Clash of Titans dengan aktor Perseus?

Kalo belum lihat, saya akan sedikit cerita sesuatu yang tersirat dari cerita tersebut.


Peter parker adalah siswa SMA yang sangat ingin bergabung di sebuah perusahaan yang dikomandoi Oleh Tony Stark, Iron Man. Mempunyai alat yang bisa membuat Parker mengeluarkan jaring menjadikan Parker sebagai Pahlawan di kotanya. Yang kemudian Hero itu disebut Spiderman.

Parker ingin bergabung dengan tim Tony Stark yakni The Avengers, bersama Hulk, Captain America dan teman-temannya. Berkat kemampuannya, Parker diajak ke magang dan difasilitasi oleh teknologi yang sangat modern.

Namun, karena kegagapan dan kecerobohannya dia mengacaukan banyak hal. Dia meretas program latihan yang ada pada kostumnya. Akhirnya dia dihukum oleh Tony stark dan dikeluarkan dari magangnya.
Parker kecewa, jatuh merasa tak bisa apa-apa karena kostum modernnya di ambil lagi oleh Tony stark.

Karena rengekan Parker  meminta kostumnya diserahkan, Tony stark mengatakan "Kalau kau tidak hebat tanpa kostummu, maka kau tidak berhak atas kostum ini."

Kemudian di Akhir cerita Parker membuktikan bahwa Ia hebat dan mampu menyelamatkan pencurian barang berharga dan menyelamatkan dunia.

Sehingga pada akhirnya, Parker ditawari untuk menjadi bagian dari The Avengers (bukan sebagai anggota magang).

Namun, saat ditawari, Parker mengundurkan diri dan memilih untuk tetap membumi. Menjadi pahlawan kecil di kotanya.

Begitupun dengan Perseus, dia adalah salah satu keturunan Dewa Zeus yang dititipkan pada Rahim manusia. Ketika dunia di ancam keselamatannya dengan munculnya Kraken dari dasar bumi, Ia mampu menyelamatkan dunia dari kehancuran.

Sebagai imbalannya, Zeus menawari Perseus untuk menjadi dewa di langit. Langit butuh dewa seperti Perseus.

Namun, Perseus menolak tawaran ayahnya sebagai dewa. Ia lebih memilih menjadi manusia. Kehidupan yang telah dijalani selama bertahun-tahun. Ia ingin mengabdi sebagai Manusia.

Zeus tak marah dengan penolakan anaknya, Perseus. Bahkan Zeus mengatakan "Kau memang separuh manusia dan separuh dewa, tapi kau yang terbaik diantara mereka."

Sore akan berakhir, malam ingin menggantikannya.
Pagi identik dengan semangat, sedangkan sore identik dengan renungan.
Kita harus selalu bersemangat, tapi jangan lupa tuk merenungi apa yang kita lakukan di seharian penuh.

Di sore yang penuh renungan itu saya menapakkan langkah ke salah satu senior HMI Mipa. Ketua Umum periode ke dua. Satu-satunya kader yang mewakili Kom Mipa sampai pengurus PB sampai sekarang. Beliau adalah Mas Alaudin Abbas.

Adzan maghrib mengiringi langkahku masuk rumahnya. Kemudian Mas udin langsung mengajak saya untuk menunaikan sholat maghrib berjamaah di mushola komplek perumahannya.

Saya cukup lama untuk berwudlunya mungkin, sampai saya mendapati Imam sudah  membaca pertengahan Surat Al Fatihah. Setelah jamaah selesai saya mengikuti dzikir yang ditutup dengan doa.

Dan saya kaget karena ternyata Imam sholat tersebut adalah orang yang ingin saya temui, Mas Udin.

Beliau sangat ramah dengan warga dan jamaah sholat tersebut. Seperti suasana pedesaan yang mungkin jarang saya temui di Kota Besar. Kekaguman saya bertambah kepada beliau.
Sosok besar yang membumi menjadi insan pengabdi.
Seharusnya beliau bisa menjadi Dewan seperti teman2nya sewaktu di Cabang atau Di PB HMI.

Sosok seperti ini mengingatkanku seperti rekan seperjuangannya di Komisariat, Yakni Mas Amin. Satu angkatan HMI dengan mas Udin.

Mas Amin juga sering menjadi imam di Masjid perumahannya, Villa Tegal Besar.

Seandainya saya tidak tahu perjuangan dan kualitasnya, mungkin saya akan menyamakan kapasitas mereka berdua seperti Mbah Paiman, Imam sholat di mushola kecil kampung halaman. Suaranya sendu, serak, tidak merdu.

Namun Seniorku (Mas Amin dan Mas Udin) memiliki cerita yang hebat. Keduanya memiliki gagasan pemikiran dan aksi yang sangat nyata.

Waktu Mas Udin di Komisariat dan Mas Amin di Bem FMIPA, mereka berdua melakukan Aksi Demonstrasi ke Dekanat (yang sampai saat ini menjadi yang pertama dan terakhir). Demonstrasi tersebut mengawal dana Poma angkatan 2001 FMIPA. Meski banyak yang mencoba menghalangi aksi demo tersebut, namun aksi tetap berlanjut dan mampu menurunkan dana POMA (semacam uang pangkal) yang sangat mahal menjadi dapat dijangkau.

Hal itu yang lantas membuat banyak anggota FMIPA mengikuti LK 1, khususnya angkatan 2001.

Nama kedua senior tersebut tidak bisa diragukan lagi di tataran HMI Cabang Jember, atau mungkin di Lingkup Daerah Jember.

Mereka berdua menjadi interpretasi dari Terciptanya Insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridloi Allah SWT.

Mereka juga sebagai interpretasi dari Tri darma perguruan tinggi, Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian.

Saya fikir, di dalam kehidupan memang kita selayaknya mencari ilmu untuk mengembangkan diri kita, sebagus mungkin, sebisa mungkin.
Kemudian setelah ilmu didapat, harus kita amalkan dalam sebuah hal yang bermanfaat bagi orang lain.

Melangit dalam mencari Ilmu, kemudian Membumi untuk mengabdikan diri bagi orang lain.


Sebagai kader HMI, pesan saya kepada adek2 semua, Carilah ilmu dimanapun. Di kelas, di HMJ, di Bem, di UKM. Ambillah peran penting yang ada. Sebagai ajang pencarian ilmu dan pengembangan diri.
Tapi jangan lupa membumi, menjadi bermanfaat untuk orang di sekitarmu.

Seperti Perseus, Peter Parker, Mas Udin maupun Mas Amin.

Seandainya tidak ada aksi demo pada saat itu, mungkin angkatan 2001 menderita uang pangkal untuk Kuliah.

HMI Komisariat MIPA punya banyak sejarah besar. Jangan minder jadi Kader HMI.

Melangitlah dan Jangan lupa untuk Membumi.

Komentar